Rohingya, Keluarga yang Tersingkirkan
September 21, 2017
Walau trending topic silih berganti setiap menitnya,
Rohingya di sana tetap mengalami penderitaannya. Mereka tetap dibunuh,
dimutilasi, dibakar, berlari dalam ketakutan, kegelapan dan kelaparan.
.
Sementara sebagian di dalam negeri kita sibuk meributkan aksi-aksi
peduli Rohingya dan menganggap kurang bijak permintaan rakyat untuk bersikap
tegas pada Myanmar.
Ya, selama korbannya adalah muslim, suara kita hanyalah
angin lalu di tengah badai Katrina. Lihat saja bagaimana ramainya suara
berbicara oleh suatu serangan bom di Paris, namun bungkam soal Rohingya. Lihat
saja bagaimana tiba-tiba rakyat mendapat julukan sebagai tukang goreng dan
tukang goyang karena menyuarakan #SaveRohingya, atau bagaimana Persib Bandung
di denda 50jt karena koreo sederhana #SaveRohingya, namun berdoa untuk bom
Paris malah menjadi seremoni –di lapangan sepak bola lain-
.
Rohingya, adalah keluarga kita, lebih dari itu mereka adalah
bagian tubuh kita yang lainnya. “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling
mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh
sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.”
[HR. Muslim]
.
Sudah jelas mengenai hadits ini, di sini tidak pernah
disebutkan bahwa kalau itu masalah politik, kita para emak-emak tak bisa ikut
bersuara. Memangnya siapa ulama Salafus Shaleh yang mengajarkan untuk
memisahkan politik dari kehidupan kita? Ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW juga
adalah pemimpin ummat. Bahkan garam yang sehari-hari ada di dapur kita adalah
karena keputusan politik.
Perhatikanlah, jika bayi kita di rumah akan menangis jika
bukan sang ibu yang dia lihat pertama kali ketika bangun tidur, betapa
malangnya anak-anak Rohingya yang bahkan tak tahu dimana jasad orang tuanya?
.
Jika putra dan putri kita datang dengan ceria pada kita dan
membicarakan betapa serunya hari-hari di sekolah mereka, betapa kasiahnnya
anak-anak Rohingya yang bahkan tidak ingat kapan mereka memegang pensil sekedar
untuk menulis sebuah huruf?
.
Bayangkan ketika kita memeluk pasangan kita karena kerinduan,
bagaimana mereka, para ibu dan istri yang harus merelakan suaminya pergi
menyabung nyawa tanpa ada jaminan bisa kembali! Mungkin beberapa para suami itu
bahkan tidak tahu nama anak mereka yang lahir ketika mereka pergi meninggalkan
istri dalam keadaan hamil.
.
Ketika kita dalam kehangatan dan
kenyamanan sebuah keluarga, jangan lupakan saudara kita yang sedang kesakitan
dan kepanasan. Karena saudara, juga adalah keluarga. Bukan karena bangsa, kita
dijadikan saudara, tapi karena akidah yang sama. Bukan oleh darah, kita
dijadikan keluarga, tapi oleh akidah yang sama.
Jika bukan karena akidah yang sama, maka cukuplah jadi manusia untuk peduli pada mereka. Jika pun sudah memiliki akidah yang sama namun tak terketuk hatinya, sungguh Allah akan mintai mereka dengan pertanggungjawaban yang pedih. Terlebih bila itu adalah seorang penguasa dan pemimpin.
.
Bersabarlah saudaraku di Rohingya,,
.
Jember, 21 September 17
YHH
.
2 comments
Makasih Banyak Infonya,untuk informasi menggenai resep masakan Eropa Paling enakk Klik Disini
ReplyDeleteSiipp :)
DeleteSelamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)