Belajar Public Speaking Bersama TJI Untuk Berbagi Lebih Berani
May 20, 2018
Menulis dan berbicara bagi saya adalah dua hal yang berbeda. Persamaan keduanya, mereka adalah aktivitas yang sama-sama sulit. Menulis adalah hal yang sulit, berbicara lebih sulit lagi. Buktinya, orang bisa saja ‘salah tangkap’ maksud kita ketika kita berbicara. Hal lebih sulit lagi akan terjadi bila yang salah tangkap adalah orang terkasih. Bawaannya pasti bakal baper. #Eh
Lily
Walters, seorang public speaker dari US sono pernah mengatakan, “Kesuksesan sebuah presentasi tidak dinilai
berdasarkan pengetahuan yang disampaikan oleh pembicara, tetapi pada apa yang
diterima atau ditangkap oleh audience.”
Presentasi
bukan hanya cerita soal berbicara di depan umum, di dalam forum khusus ala-ala
seminar. Ketika kita berbicara dengan orang lain, bahkan secara personal, itu
adalah bentuk mini dari presentasi.
Menilai
bahwa PENTING belajar
berkomunikasi apalagi di depan umum, atau yang biasa kita kenal dengan public
speaking. Maka, saya memberanikan diri untuk mengikuti Two Days Workshop Public Speaking For
Moms bersama Kak Prita HW dan Mbak Faiqotul Himmah. Mereka adalah dua
kolaborasi super yang sering malang melintang dalam dunia per-public
speaking-an. Beda sama saya yang apa atuh.
Pada
hari pertama (19/05), ketika acara perkenalan dengan menggambar jari, saya
menyampaikan pengalaman public speaking zaman dahulu kala. Iya sih, pernah
siaran radio, pernah jadi MC pas pensi kelulusan, pernah jadi humas yang
kerjaannya cari sponsor, pernah jadi penyuluh kecamatan, pernah pidato di
hadapan seluruh isi sekolah. Eh ternyata, masa remaja saya produktif yess..
hehe
Tapi
nih tapi, semua serasa menghilang bagai debu yang tertiup angin. Entah kemana
angin membawanya pergi. Jejaknya tak pernah terlihat lagi. Kalo sekarang di
suruh beraktivitas seperti itu lagi, mending saya tutup mata. Jangankan mengulang
semua itu, berbicara dengan orang lain saja rasanya butuh perjuangan panjang
tiada tara, sambil komat-kamit baca doa. Huft..
Tapi,
terkadang kita rindu untuk berbagi, bahkan bila itu sekedar rasa di hati atau
pikiran di kepala. Karena memang sifat dasar manusia adalah lemah, terbatas dan
membutuhkan orang lain.
Pernah
merasa seperti ada batu raksasa menghantam hati setiap hari? Begitu sesak dan
tersiksa. Sakit tapi tak ada luka. Begitulah rasanya jika ingin berbagi tapi
tak bisa karena berbagai alasan seperti merasa ketakutan atau tak percaya diri.
Berbagi dengan orang lain itu perlu, selain mengadu kepada Allah tentunya.
Etapi,
judul workshopnya adalah public speaking NOT personal speaking, abaikan
pembahasan yang nyeleneh. Haha
Di
sesi pertama dengan Kak Prita, untuk menjadi seorang public speaker yang
powerfull, harus memiliki karisma saat berbicara. Tips supaya berkarisma ini
antara lain penampilan yang nyaman dan natural, sesuai dengan tema acara;
percaya diri; jangan setengah-setengah bila mengeluarkan suara; santai;
menguasai materi 200%; mengenali audience; berinteraksi dengan audience; dan memberikan
gambaran kata-kata dengan perumpaan atau storry telling.
Selain
itu ada metode yang bisa dipakai supaya seorang public speaker bisa menarik
perhatian misalnya, mengeluarkan emosi dengan ekspresi; sesekali menyelipkan
humor, games, yel-yel; mengisi jeda dengan kata penghubung; menggunakan body
langguage dengan sesuai; bila perlu membawa alat bantu; melakukan improvisasi;
dan memberikan gambaran kata-kata dengan perumpaan atau storry telling.
Pada
sesi kedua, Mbak Faiq, seorang Daiyah dan Mompreneur memberikan tips kece untuk
lebih percaya diri. Menurutnya, percaya diri bisa dibentuk bila menguasai
konten dan suasana; mengenali audience; penampilan yang nyaman dan natural;
sarana yang mendukung. Dan jangan lupakan hal yang paling penting yakni berdoa.
Kecemasan
bisa saja terjadi pada masa sebelum, sesudah atau pada masa kita berkomunikasi.
Untuk mengatasinya maka perlu dikenali dulu penyebabnya; merilekskan diri; memupuk
rasa optimis; niatkan ikhlas Lillah; dan jangan lupakan untuk berlatih.
Pada
hari kedua (20/5), masing-masing peserta workshop diberi kesempatan untuk tampil
sebagai motivational speaker. Ada banyak cerita hebat yang dibagi oleh
teman-teman. Ada yang menceritakan tetang hidroponik, kisahnya dalam mendidik
anak, kisahnya dalam meraih pendidikan tinggi dsb.
Saya
sendiri mengisahkan tentang rumah tangga poligami. Rumah tangga yang saya
jalani sekarang. Dimana saya berperan sebagai istri kedua. Banyak orang salah
paham dengan para pria berpoligami. Prasangka orang, seorang suami menikah lagi
karena ada yang “kurang” dari istri pertamanya. Entah tidak bisa punya anak,
tidak cantik atau sudah tua dll
Tapi
kakak madu saya tidak begitu, dia cantik dan masih muda juga, dan telah
memiliki 2 (dua) orang anak. Dan dialah yang merayu saya untuk menjadi adik
madunya. Kisah ini seperti sinetron ya, tapi memang begitulah kenyataannya. Kisah
lain di skip aja. Ooppss..
Back
to the topic, tidak berharap sih, bisa seperti kak Prita atau mbak Faiq yang
sudah tidak diragukan lagi kemampuan speakingnya. Bisa mengatasi kecemasan,
ketakutan atau tidak percaya diri itu sudah cukup. J
Jember,
20 Mei 18
Helmiyatul
Hidayati
4 comments
wahhh, fotonya bagus2 nih. Dirimu bisa public speaking kok Mi, kemaren sdh runtut urutannya :) Nah benang merah membaca dan menulis adl bisa bikin story line yg sistematis utk sebuah cerita :)
ReplyDeleteHihi sepertinya aq digombalin wkwkwkw
DeleteKata-katanya Mbak Prita lebih manis daripada susu kental manis emang ya Mbsk Helmi? Wkwk.
ReplyDeletesemanis madu.. #Eh aku kan ya madu jugaa hehe
DeleteSelamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)