Tiga Hal Biasa di Bulan Ramadan yang Bisa Bikin Berdosa. Apa Saja??
June 01, 2018Tiga Hal Biasa di Bulan Ramadan yang Bisa Bikin Berdosa. Apa Saja??
Oleh
: Helmiyatul Hidayati
(Editor
dan Blogger Profesional, Member Revowriter)
Ramadan
memang berbeda. Bukan karena di bulan ini adanya kewajiban untuk berpuasa, atau
obral pahala dari Sang Maha Pencipta. Namun ada beberapa hal yang muncul sebagai
kebiasaan dari Ramadan ke Ramadan, yang biasanya tidak akan atau jarang ditemui
di bulan selain ramadan.
Terkadang
hal ini pun telah dinanti-nanti bahkan dipersiapkan jauh-jauh hari, agar
rencana sukses terealisasi. Namun meskipun begitu, banyak orang terkadang salah
kaprah. Hal-hal ini bisa saja melanggar syari’at dan berbuah dosa bila
dilakukan tanpa pemahaman yang benar. Apa saja hal tersebut?
Sumber Foto : KanalPonorogo |
1.
Tukar uang baru
Setelah
hari raya, atau setelah selesai menunaikan ibadah sholat Id, biasanya akan ada
sesi “maaf-maafan” baik di dalam keluarga ataupun dengan tetangga, yang dikenal
hingga yang tidak dikenal sekalipun. Dalam sesi ini anak-anak biasanya memiliki
peran penting.
Peran
penting anak-anak adalah sebagai penerima angpao (uang), peraturan ini sudah
ada di masyarakat, tidak tertulis namun sudah menjadi kebiasaan. Para orang tua
akan menyiapkan uang baru untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak, siapapun itu,
yang datang ke rumah untuk bersalaman (silaturrahmi).
Uang
baru ini didapatkan dengan melakukan penukaran di bank atau membeli kepada
pihak penyedia uang baru. Namun siapa sangka, kalau transaksinya salah akan
menjadi transaksi yang “ngeRIBAnget” alias mengandung riba.
Hal
ini, tentu tidak diinginkan oleh kaum muslim manapun karena ancaman Allah SWT
sudah sangat nyata dalam QS. Al-Baqarah (2) : 275 yang berbunyi, “Orang-orang yang makan
(mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat) bahwa
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Tukar-menukar
uang merupakan pertukaran jenis barang yang sama, persyaratannya pertukaran ini
harus dilakukan dengan nilai yang sama dan wajib tunai. Bila dalam transaksi
ini ada kelebihan, maka statusnya adalah riba sekalipun saling ridha. Nabi SAW
bersabda, “Siapa
menambah atau meminta tambahan, maka ia telah melakukan transaksi riba. Baik
yang mengambil maupun yang memberinya sama-sama berada dalam dosa.”
Sumber Foto : YouthManual |
2.
Reuni
Kebanyakan
acara reuni terjadi di bulan Ramadan. Karena ramadan dan Idul Fitri merupakan
momen dimana anak rantau akan kembali ke kampung halaman. Kampung tempat dimana
mereka bersekolah dari TK hingga SMA.
Sayangnya
reuni di bulan Ramadan mengandung banyak kesulitan. Reuni yang identik dengan
acara makan-makan tidak bisa dilakukan di siang hari, karena jelas di siang
hari adalah waktu berpuasa, dilarangnya makan dan minum.
Kemungkinan
waktu yang dipilih adalah waktu mendekati maghrib hingga malam. Padahal waktu-waktu
tersebut adalah waktu dimana ada kewajiban yang harus ditunaikan, yaitu shalat
maghrib dan shalat isya’, dan sangat sayang pula jika sampai melewatkan waktu
shalat tarawih atau tadarus. Biasanya pulang malam dari reuni, akan langsung
dilanjutkan dengan tidur. Belum lagi dengan adanya kemungkinan untuk Ikhtilat.
Padahal
bila hal ini sampai terjadi
(meninggalkan shalat wajib), seorang muslim akan dianggap melakukan kesyirikan.
Nabi SAW bersabda, “Pemisah antara seorang hamba dengan
kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia
melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani
mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566)
Untuk mengatasi hal tersebut, lebih baik memilih waktu
setelah idul Fitri atau jadikan kewajiban dan atau yang sunnah sebagai salah
satu agenda reuni. Dan jangan lupa untuk membawa pasangan.
Sumber Foto : Moneter |
3. THR (tambahan)
Sudah
lazim pula, dalam menyambut hari raya Idul Fitri untuk melakukan belanja extra. Karena anggapan kembali ke fitri
(kembali suci), adalah dengan memakai baju baru, perabotan baru hingga
melakukan renovasi rumah agar terlihat baru. Tentunya ini butuh biaya yang
tidak sedikit, apalagi bila jumlah anggota keluarga juga banyak.
Bagi
karyawan, biasanya akan mendapat THR (Tunjangan Hari Raya) dari kantor. Namun,
terkadang hal ini pun masih belum cukup. Sehingga mau tidak mau ingin
mendapatkan THR tambahan yang didapat dengan jalan membuka utang baru.
Utang
di dalam Islam memang hukumnya mubah. Namun Rasulullah mencontohkan utang
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan untuk memenuhi keinginan atau gaya
hidup. Belum lagi, di zaman ekonomi kapitalisme seperti sekarang ini, hampir
semua utang mengandung riba. Bukannya kembali fitri karena telah melewati bulan
puasa, namun berkubang di dalam jurang dosa yang lebih dalam jika sampai
terjerembab di dalam dosa riba.
Selain
itu pula, utang karena memenuhi keinginan atau gengsi bisa menimbulkan berbagai
tabiat buruk antara lain menyebabkan tagihan, kegelisahan dan masih banyak
lainnya.
Karena
gentingnya setiap muslim untuk memperhatikan perkara utang ini, Nabi SAW pernah
bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang
satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan
kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi
dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah
no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Nah, itulah tiga hal biasa atau lazim di bulan puasa yang
bila kita tidak berhati-hati akan bisa membuat kita melanggar syari’at Allah
sehingga menjadikan kita sebagai manusia yang merugi. Sungguh sangat
disayangkan!
Semoga kita semua terhindar dari segala marabahaya dosa
tersebut, salah satu caranya adalah dengan menuntut ilmu mengenai tsaqofah
Islam, dan melaksanakan amal perbuatan kita berdasarkan ilmu tersebut. Dan semoga
kita bisa bertemu di Ramadan tahun depan dalam keadaan yang lebih baik lagi. J
Wassalam..
Jember, 01 Juni 18
Helmiyatul Hidayati
0 comments
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)