Kisah Seruni dan Serina – Bag. 2 [ Uluran Tangan yang Mengubah Nasib ]
September 02, 2018
Kisah
Seruni dan Serina – Bag. 2
[ Uluran
Tangan yang Mengubah Nasib ]
Bila
reinkarnasi itu ada, Runi akan beranggapan bahwa di kehidupan sebelumnya dia
adalah ratu kerajaan yang kejam. Tersebab ia mengalami banyak sial sekarang. Rumah
tangga dan pekerjaan mapannya ia lepas, kini ia tak ubahnya janda pengangguran yang
tak bisa bergerak, bak penulis tanpa pena.
Sebuah
gelengan kepala untungnya masih mampu mengembalikan akal sehatnya. Mencegah
dari ketidakwarasan yang barusan akan menerjangnya. Bukan karena sial ia tak
mendapat pekerjaan baru, tapi memang lapangan pekerjaan begitu sulit di dapat.
Kuota pribumi makin rapat, sayangnya pekerja asing makin padat. Di negerinya, di
mana kemaksiatan tak pernah senyap.
Hampir
sebulan Runi mencari pekerjaan baru, sayang belum bertemu jodohnya. Rina
menjadi tempat ia menopang hidup, bersama putra semata wayangnya, yang tak
mengerti betapa kejamnya dunia.
Benarlah
bila ada yang mengatakan bahwa sesuatu akan terasa lebih berharga ketika ia menghilang
dari pandangan, meluncur dari genggaman. Runi menyadari betapa pekerjaannya
berharga ketika ia menganggur atau betapa berarti keluarganya sekalipun ia
menderita.
“Lalu apa
kau menyesal?” Pertanyaan yang meluncur dari bibir Rina di suatu petang. Kala
lelah membekap keduanya tanpa ampun. Yah, menghadapi dunia itu tak mudah
Nyonya!
Runi
menggelengkan kepalanya. Bukan karena ia senang, tapi bohong rasanya bila tak
tersungkur di saat seperti ini. Diceraikan suami melalui telepon, kehilangan
pekerjaan dan menanggung seorang anak sendirian. Bahkan menutup mata pun, belum
sanggup menghentikan derasnya air mata.
“Aku. Tak
akan kembali pada yang kutinggalkan.” Runi menjawab dengan harapan tekad. Agar
membantu kakinya melangkah maju, membuat matanya menatap ke depan.
Menanti
memang tak mudah, juga tak enak, ibarat makanan, ini seperti merasakan pedas
level setan. Dan Runi tidak tahan makanan pedas, bisa bolak-balik berak di
kamar mandi seharian. Semakin berlalunya waktu, uangnya pun semakin menipis,
tergerus keharusan bertahan hidup. Dalam batin, Runi bertekad, ia tak akan
menunggu apapun dan siapapun lagi di dalam hidupnya.
Runi
berseloroh, ia akan menerima pekerjaan apapun yang datang padanya sekalipun
menjadi pembantu rumah tangga. Ia hampir menyerah, 8 tahun lalu ijazah SMA-nya
bisa menembus perusahaan multinasional, sekarang menjadi office girl di
perkantoran saja rasanya tak laku. Ia tak menyangka selembar kertas yang
menandakan seseorang telah sarjana kini menentukan apakah ia bisa mencari makan
atau tidak. Terbit penyesalan Runi, kenapa ia dulu berhenti kuliah demi pria
yang akhirnya mencampakkannya.
Meledak
ledekan Rina di telinganya, Runi menjadi asisten rumah tangga seperti membaca
ketikan pada kertas buram yang telah dicolek rinai hujan. Selama hidupnya ia
hanya tahu tentang mengetik, bukan tentang rumah tangga.
“Karena
itu, aku harus putar balik sangat jauh bukan?” Runi mendesah. Petang yang
semakin dingin tak menyurutkan kakinya menuju balkon, mengintip keriuhan yang
masih belum surut di bangunan seberang jalan.
“Mereka
adalah orang yang paling suka ikut campur urusan orang lain dan selalu
mengulurkan tangan kepada siapa saja.” Rina mengeluarkan suara seakan-akan tahu
bahwa Runi ingin bertanya siapa dan sedang apa orang-orang di seberang. “Mereka
menyebut itu dakwah.” Rina menyambung perkataannya dengan sinis.
“Jika kau
tidak suka pada mereka, maka mereka pasti benar-benar baik.”
Rina
berdecih dan melotot pada sahabatnya. Runi hanya tersenyum dan mendesah pelan.
“Ada
sesuatu yang salah di dalam hidupku. Aku ingin tahu apa itu, agar bisa
memperbaiki masa depan.” Kata Runi.
Agak lama
hening, hingga akhirnya Runi pun berkata kembali, “Jika seseorang mengulurkan
tangannya padamu, kau harus menerimanya, maka nasibmu akan berubah.” Rina
memandang Runi tidak mengerti.
“Aku..
akan mengambil tangan mereka. Aku ingin tahu nasibku yang mana yang akan
berubah. Aku akan menyeberang Rina..” Runi menatap ke seberang, seakan menandai
bahwa esok ia akan berada di sana.
*
*
*
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].
Baca juga kisah Seruni dan Serina Bag. 1 [ Sampah yang Merasa Berlian ]
5 comments
Bersambungkah ini Mba Helmy? Jadi penasaran siapakah yangbdi sebrang jalan itu.
ReplyDeleteIya bersambung.. hehe
DeleteNunggu lanjutannya mba 😍
ReplyDeleteNunggu lanjutannya mba 😍
ReplyDeleteSiiaaappp..
DeleteSelamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)