Rumput Tetangga Lebih Hijau dari Rumput Sendiri
February 04, 2019Sumber Foto : Islampos |
Manusia itu
aneh. Iya.. kamu dan aku adalah salah satunya. Kebanyakan dari kita selalu
melihat ke atas tapi enggan melihat ke bawah.
Ada yang
bilang “manusia bukan malaikat yang
selalu benar, bukan pula setan yang selalu salah, ia adalah manusia yang bisa
benar, namun juga bisa salah.” Saat kita merasa benar, sudahkah kita
menyadari bahwa kesalahan kitapun tak kalah banyak. Namun begitu, kitapun
selalu jatuh dalam perselisihan yang menyebabkan air mata berderai-derai. Tak jarang
iman pun tergerus kerasnya kehidupan.
Tak jarang
pula ada yang ‘selingkuh’ dari tuhan. Ketika sholat kau menyembah-Nya,
selayaknya Dia memang adalah tempat bersandar. Namun ketika hantaman ujian
menghadang, kepanikan membuatmu kalang-kabut tak karuan hingga tak melihat ke
arah mana lagi kau berjalan, kemana disandarkan lelah dan letih yang membahana.
Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri artinya apa yang dimiliki oleh orang lain, biasanya
terlihat lebih indah (lebih baik) dari apa yang kita miliki. Bahkan termasuk
dalam urusan ujian kehidupan. Seseorang akan menganggap ujiannya jauh lebih
berat daripada ujian orang lain dst. Endingnya : dunia ini tidak adil, tuhan
itu tidak adil.
Padahal Allah tidak akan pernah salah menakar. Juga tak akan
pernah salah menukar. Baik itu nikmat maupun ujian.
Kawan..
kuberi tahu kau tentang suatu ujian, yang mungkin bila ia sampai padamu, kau
bisa jadi tak menginginkan hidup lagi. Bisa jadi kau akan mensyukuri sekedar
diberi ujian kemiskinan atau cinta yang rumit.
Saudarimu di
Palestine, Samah Zuheir Mubaarak, gadis penghafal Al-Qur’an berusia 16 tahun
ditembak mati oleh zionis kejam Israel.
Jika ia
adalah kamu, jika ia adalah putrimu, jika ia adalah adikmu, jika ia adalah
istrimu, jika ia adalah ibumu. Masihkah kau keluhkan hal lain kecuali
meratapinya??
“Samah Mubaarak,
umurnya 16 tahun. Ya 16 tahun. 10 hari sebelumnya dia telah menyelesaikan
hafalan Al-Qur’annya. Dengan telah hafal seluruh Al-Qur’an (kitabullah) dan dia
mendapat hadiah berangkat ibadah umrah. Maka 10 hari ia berumrah di Baitullah
Al-Haram. Lalu ia pulang ke kampung halamannya di Ramallah, Palestine.
Lalu pada
saat ia pulang sekolah, ia harus melewati salah satu pos pemeriksaan Yahudi. Dia
diminta paksa untuk melepas cadarnya, namun ia menolak. Tak ingin lepas cadar
di depan tentara zionis ini. Maka tentara ini melepaskan tembakannya ke tubuh
remaja ini hingga ia tergeletak di atas tanah dan gugur syahid.
Peristiwa ini
baru kemarin. Namun saya ragu, 1.5 milyar muslim hari ini sudah tahu bahwa ada
remaja putri penghafal Qur’an, umurnya masih 16 tahun telah dibunuh oleh
keturunan kera dan babi kemarin. Hingga tergeletak syahid, jatuh ke atas tanah
dan jatuh bersamanya sisa-sisa kemuliaan kita. Saat remaja ini jatuh, jatuh
bersamanya kemuliaan umat ini.
Laa haula
wala quwwata illa billah. Demi Allah, kita hanya bisa membacakan Alfatihah
untuk sisa-sisa ini. Demi Allah, kita tinggal takbirkan 4x untuk apa yang
tersisa ini. Hanya itu. headline berita kita, di cetak, elektronik dan TV si
fulan menang, si fulan kalah tanpa tahu bahwa masjid Al-Aqsha kemarin
kehilangan seorang remaja bercadar.
Ia kembali
ke Allah SWT, mengadukan kita kepada Allah SWT. Ia kembali ke sisi Allah SWT,
mengadukan para penguasa kita, ia kembali ke sisi Allah SWT, mengadukan pasukan
bersenjata kita. Karena mereka semua akan menghadap Allah SWT dan remaja ini
dengan keadaan darahnya yang mengalir menuntut para penguasa dan pasukan ini,
yang membiarkan darahnya tumpah dan cadarnya dilepas dengan zalim dan tanpa haq.” (Mahmud
Hasanat – Da’i Gaza)
Dan setiap
harinya, selalu ada syuhada yang mengadukan kita ke hadapan Allah SWT. Tak terhitung
berapa banyak saudara kita yang sedang menunggu untuk bertemu kita dan menuntut
kita.
Sementara
di sini apa yang kita lakukan? Hanya bergelut dengan masalah pribadi yang tak
kunjung habis, bahkan untuk sekedar memperbaiki diri pun tak pernah finish. Berangkat
kajian saja masih meringis.
Kita masih
begitu sibuk dengan komentar orang lain, sementara setiap hari para syuhada
yang gugur berkomentar tentang kita yang diam di hadapan Sang Maha Kuasa.
Sekali
lagi, Jika ia adalah kamu, jika ia adalah putrimu, jika ia adalah adikmu, jika
ia adalah istrimu, jika ia adalah ibumu. Masihkah kau keluhkan hal lain kecuali
meratapinya??
Jember, 04
Jan 19
Helmiyatul
Hidayati
0 comments
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)