Antara Pete dan Poligami
April 17, 2019Tidak semua orang suka pete. Entah karena merasa baunya yang tak sedap, tidak bisa mengolah atau merasa rasa pete tidak pas di lidah. Bagi saya pete itu enak, asal jangan banyak-banyak, yang di kantong bisa demo sampe sesak. #Loh
Berbeda
dengan yang suka pete, di tangannya bisa menjadi olahan bercita rasa tinggi
seperti teri pete buatan mbak @merygunawan ini 😊.
Dibuat dengan modal cinta kali yah, padahal doi katanya modal belajar masak
otodidak dari youtube.. oke deh pokoknya..
Tapi
bagi yang membenci pete tidak lantas menjadi pantas bila mengatakan pete itu
haram. Ya udahlah santai aja cin, ga suka pete ga usah makan. Pilihan makanan
lain yang bukan pete itu banyak banget, jengkol misalnya haha 😁
Meskipun
juga bagi orang yang suka atau tidak memiliki masalah dengan makan pete, tidak
lantas pula menjadi pantas hingga harus sesumbar tentang pete secara
berlebihan. Apalagi kalo sampe lebih lebay dari kampanye capres dan cawapres.
Apa-apa sampe di solusi dengan pete. Misal nih, sakit gigi disuruh makan pete,
lagi diare disuruh makan pete, kalo dah parah bisa jadi punya utang riba
disolusi dengan makan pete. Oopss 🤭
Pun
begitu dengan poligami yang merupakan pilihan. Ada suami yang bisa dan mau
berpoligami. Ada pula yang tak. Rumah tangga apapun memiliki biduk prahara yang
pasti sama-sama bikin pusing. Baik poligami maupun monogami. Tidak bisa
dikatakan poligami lebih baik daripada monogami, begitu pula sebaliknya. Rumah tangga
yang baik ya rumah tangga yang di dalamnya terwujud ketaatan kepada Allah SWT.
Tetapi
bagi yang TIDAK suka poligami, tidak bisa juga kemudian mengatakan bahwa poligami
itu HARAM. Bisa jadi kalo ada yang begini, dia kebanyakan nonton iklan absurd
PSI. Toh poligami itu juga pilihan. Rumah tangga monogami juga ada contohnya
dari Rasulullah SAW.
Pun
begitu dengan yang sudah praktisi, tidak lantas menjadi pantas kalo sampe lebay
perkara rumah tangga poligaminya. Sampe apa-apa disolusi dengan poligami. LGBT
merebak disolusi dengan poligami, Palestina menjerit disolusi dengan poligami
dsb. Jangan-jangan kalau kuota habis disolusi dengan poligami. Kan wadaw kalo
begitu..
Khilafah
itu baru solusi yess.. 😊
Baik
suami maupun istri juga sebaiknya jangan petantang-petenteng dalam bersikap dan
berucap tentang poligami. Salah-salah bisa menjurus pada provokasi yang tidak
baik, baik itu oleh yang kontra maupun yang sudah praktisi.
Sesuatu
itu (seperti poligami misalnya) bila berhasil untuk seseorang, tidak berarti
akan berhasil untuk semua orang. Begitu pula bila gagal untuk seseorang, tidak
berarti akan gagal pula untuk semua orang.
Udah
gitu aja..
Jember,
17 April 2019
Helmiyatul
Hidayati
9 comments
aku tipe yang engga suka keduanya kak tapi tetap tidak menjudge pete dan poligami hihhi. salam kenal
ReplyDeleteSalam kenal juga :)
DeleteAku pernah makan pete. Kemakan sebenarnya karena ibuku membuat udang cabe ijo + pete. Ternyata paiitt. Ih, nggak suka, nggak suka. Kalau poligami nggak berani menentang karena ini jelas-jelas diperbolehkan dalam Islam. Meskipun aku sendiri yaaah, iman masih terlalu lemah untuk menjadi bagian dari poligami itu, huehehe ...
ReplyDeleteMasa sih pete pait kak? Setau aq enggak. Kalo cabe ijo mungkin iya.. kalo pedes bener bisa pait. Haha
DeleteAku yang nggak bisa makan pete, tapi nggak yang bilang itu haram juga. Tinggal makannya cari yang lain aja.
ReplyDeleteSalam
diahestika.com
Kalau saya dan suami malah nyante ngomongin poligami, malah sering dijadikan becandaan. Setuju emang, namanya syariat pasti ada manfaatnya untuk umat. Tapi Allah maha tahu kalau nggak semua laki-laki bisa adil, maka hukumnya bukan wajib. Syukur deh partai yang koar koar menentang syariat itu kalah.
ReplyDeletewah asyik dong bisa nyantai gitu.. kalo saya mah tegang.. hihihi
DeletePilihan masing-masing ya. Yang penting, resiko ditanggung sendiri. Tapi, setuju nggak setuju, berpendapat secara pribadi tetap boleh, toh?
ReplyDeletetidak mau dipoligami boleh. tapi menentang syariat tidak boleh :)
DeleteSelamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)