Ramadan : Momen Menggapai Takwa Hakiki
May 03, 2019
Ramadan hampir tiba, begitu dekat di pelupuk mata, alias
tinggal beberapa hari lagi. Tapi apa sih persiapan kita menyambut Ramadan?
Jangan-jangan kita hanya akan menganggap momen ini akan berlalu begitu saja,
hanya saja kali ini ditambah dengan kegiatan-kegiatan berbeda.
Yang biasanya sarapan dan makan siang, kali ini selama
sebulan ditiadakan. Yang biasanya malam hari berleha-leha di rumah, (sesekali)
ke masjid untuk tarawih. Yang biasanya tidak bangun di sepertiga malam, kali
ini bangun untuk ‘sarapan’. Yang biasanya jam dinner tak tentu, kali ini selama
sebulan teratur begitu adzan Maghrib dikumandangkan.
Banyak yang memahami bahwa puasa di bulan Ramadan itu wajib.
Tapi sedikit yang memahami makna di balik perintah puasa Ramadan. Jangan salah,
ketidakpahaman inilah yang banyak membuat kita ‘gagal paham’ betapa makna
Ramadan lebih istimewa daripada si doi yang dinanti-nanti. #Eh
Sama, banyak pula yang mengetahui bahwa perintah puasa
Ramadan disebutkan dalam QS. Al-Baqarah 183 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar
kamu bertakwa.”
Tapi, tidak
banyak yang tahu apa arti makna takwa (hakiki) dalam ayat tersebut. Bagi yang
ketemu saya hari Ahad tanggal 28 April di Cafe FoodGasm dalam acara kopdar #2 Info Muslimah Jember kemarin, mungkin sudah tahu
jawabannya, apa yang dimaksud dengan ketakwaan hakiki. Tapi buat yang ga datang
ke sana, ya udah baca tulisan ini aja. Haha
Semua tahu bahwa
arti takwa itu adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa perintah-Nya bukan hanya
tentang sholat, zakat, haji dan ibadah mahdoh lainnya.
Dalam acara
dimana saya sendiri sebagai MC-nya (uhuk.. uhuk..), pemateri pertama, ustazah
Wardah Abeedah menyampaikan bahwa paling tidak ada 3 (aspek) dalam hidup
manusia dimana Allah memberi pengaturan (berupa perintah-perintah) yang
(seharusnya) dilaksanakan tanpa tapi dan tanpa nanti oleh manusia. Bahasa
kerennya sami’na wa atho’na. Hehe
First, aspek yang
mengatur hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Di sini nih ada pengaturan
tentang ibadah mahdoh tadi. Ga bisa dong, kalo kita mau sholat sembarangan
semisal bisa sholat tanpa wudhu dsb, udah pasti ibadahnya salah. Tata cara
sholat harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Kalo salah bisa ga sah, tidak
dilaksanakan sama aja bunuh diri dini.
Second, aspek
yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Di sini ada pengaturan
kenapa kita mesti punya akhlak yang baik, jadi akhwat yang manis, biar ga
meringis menghadapi carut-marutnya dunia. Termasuk juga pengaturan tentang apa
yang kita makan, dan apa yang kita pakai. Gitu yess..
Third, aspek yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain. Yah, namanya hidup ga bisa
sendiri, kebayang gitu ga ada aturan yang mengatur manusia yang bejibun itu?
yang ada kacau balau jadinya. Bukan aturan manusia yang seharusnya menjadi
standar, karena manusia akalnya pun standar. Tapi pengaturan-Nya lah yang sempurna
yang seharusnya diterapkan. Di aspek ini mengatur bagaimana seharusnya manusia
bertransaksi (sistem ekonomi), berinteraksi (sistem pergaulan), edukasi (sistem
pendidikan), bernegara (sistem pemerintahan), mengadili (sistem peradilan) de
el el
Ga asyiknya tuh,
aspek pertama dan kedua bisa aja kita lakukan, karena dalam jangkauan yang bisa
kita usahakan sendiri. Etapi kalo aspek ketiga baru bisa terlaksana bila ada
institusi negara yang mendukungnya. Dimana negara seperti ini runtuh pada
tanggal 03 Maret 1924. Hiks..
Sampe sini, kebayang kan bagaimana susahnya kita mau bertakwa?? Mungkin ini yang sering orang bilang, masuk surga itu butuh usaha..
Nah, Ramadan itu
sebenernya adalah sebaik-baik momen untuk mencapai takwa yang hakiki. Emang ga
mudah, apalagi kalo jomblo (sendirian), berat.. kamu ga akan kuat. Makanya yuk
berjamaah. Perlu peran keluarga dan juga negara. Hal ini disampaikan oleh
ustazah Lailin Nadhifah pada sesi kedua.
Pemateri kedua yang kerap dipanggil mbak Nadz ini juga menyampaikan bahwa ujian berat yang suka bikin ga kuat itu justru pada pasca Ramadan. Bakal istiqomah ga ya? Bakal tetap dalam ketaatan ga ya?? Keluarga bakal makin samara ga ya??
Padahal selain
bulan penuh berkah, dimana pahala amalan kebaikan dijadikan berlipat-lipat, dosa
yang dibuat di bulan Ramadan juga akan dihitung berlipat-lipat. Ih, ngeri kan
guys..
Dengan mengingat
dosa berlipat-lipat yang tak sedikit itu, kemudian selalu alias senantiasa
takwa, terus dan selamanya takwa, serta mengingat bahwa kehidupan dunia ini
adalah fana. Maka di situlah akan diraih makna takwa yang hakiki.
Suatu negeri yang
bertakwa pastilah akan menorehkan sejarah emas, bukan hanya kepada muslim,
namun juga non-muslim. Mereka dibiarkan tetap dengan agamanya, keyakinan dan
ibadah ritualnya, tempat ibadah mereka tidak dihancurkan. Syaratnya mereka
menjadi ahlu dzimmah, tunduk kepada pemerintah dan hukum Islam serta membayar
jizyah. Mereka dibiarkan beribadah, menikah, bercerai, makan, minum dan
berpakaian sesuai dengan ajaran agama mereka.
Tuh kan..
Jadi, Ramadan
kali ini siap meraih takwa hakiki dengan sepenuh hati? Jangan lupa tuntutlah
ilmu (syar’i) untuk menyirami hati. Happy Ramadan..
0 comments
Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)