SKY CASTLE : Ketika Orang Tua Korea Tidak Bisa Mengubah Sistem Pendidikan
July 13, 2019
Tahun 2018 kemarin, ada drama korea yang hits banget. Judulnya Sky Castle, awal dengar judulnya, aku pikir drama ini semacam Arthdal Chronicles yang ceritanya fantasi. Tapi ternyata Sky Castle di sini merujuk pada sebuah pemukiman elite di Korea.
Cerita berpusat pada 4 (empat) keluarga yang begitu
terobsesi dengan pendidikan putra-putrinya. Beberapa dari mereka lahir dari
keluarga professor, pengacara, dokter dari generasi ke generasi. Sehingga
seperti menjadi “kewajiban” bagi sang anak untuk bisa mencapai profesi yang
sama.
Sayangnya tantangan pendidikan di Korea tidak seindah
drama korea yang seringkali melejit hingga ke mancanegara. Tak heran bila di
sana sering dijumpai fakta mengenai pelajar yang bunuh diri, tersebab tekanan
dan tuntutan prestasi tinggi hingga rasanya tak masuk akal, baik dari sistem
maupun dari orang tuanya. Tentu saja ini kemudian diperparah karena tak semua
memiliki “keimanan” seperti dalam keimanan Islam.
Kapitalisme menemukan banyak celah untuk hidup di
dalam negeri ginseng ini. Salah satu hal yang digambarkan dalam drama SKY
CASTLE ini adalah bagaimana obsesi bisa menjadi objek industri.
SINOPSIS
**
Han Seo Jin berusaha keras agar putrinya, Kang Yeh Suh
masuk fakultas kedokteran UNS (Universitas Negeri Seoul). Ia melakukan banyak
cara untuk membujuk seorang tetangga yang berhasil “membimbing” putranya masuk
ke sana. Hal inilah yang mengantarkan ia bertemu dengan seorang tutor (semacam
guru les) bernama Ny. Kim.
Ny. Kim tampak profesional, genius dan bertekad
membuat Kang Yeh Suh diterima di fakultas kedokteran UNS, dan ia dibayar ribuan
dollar untuk itu.
Kang Yeh Suh pun mulai menampakkan prestasi yang
semakin baik, ia mulai mengalahkan pesaingnya di sekolah, Kim Hye Na. Bersamaan
dengan ini masalah pun bermunculan, yang membuat Han Seo Jin maju-mundur
mempertahankan Ny. Kim.
**
Sementara itu di keluarga lain, No Seung He harus ‘melindungi’
kedua putra kembarnya dari obsesi suaminya yang ingin mereka belajar keras
hampir setiap waktu dengan cara yang tidak menyenangkan.
Ia juga harus menghadapi kenyataan bahwa anak tertua
mereka, Cha Se Ri menipu mereka. Putri mereka itu yang mereka anggap telah
menjadi mahasiswa Harvard ternyata tidak pernah datang ke sana untuk kuliah. Ia
bahkan menghabiskan semua uang kuliah yang dikirim ayahnya untuk pergi ke club.
**
Jin Jin Hee kepayahan setengah mati menghadapi anak
semata wayangnya, Woo So Han yang kurang antusias dalam belajar, sama seperti
Kang Ye Bin, adik Kang Yeh Suh. Ia (awalnya) mengekor pada Han Seo Jin karena
menganguminya sebelum ia menemukan fakta bahwa Han Seo Jin selama ini menyembunyikan
identitasnya yang ternyata berasal dari keluarga miskin.
**
Lee So Im adalah satu-satunya ibu normal di antara
mereka, yang tidak terobsesi dengan prestasi Hwang Woo Joo (anaknya juga emang udah
genius, jadi ga perlu ikut les dengan Ny. Kim dia udah pinter. Hehe). Ia juga
kurang setuju dengan pendidikan privat yang kebanyakan “dikejar-kejar” oleh
ibu-ibu yang lainnya. Lee So Im membebaskan putranya untuk mengikuti kelas
(tambahan) yang dia suka.
**
Satu persatu fakta yang melingkupi mereka saling
terkait dan menjadi konflik. Kim Myung Joo, tetangga yang berhasil membimbing anaknya,
Park Young Jae masuk ke Fakultas Kedokteran UNS tiba-tiba ditemukan mati bunuh
diri, sementara putranya menghilang entah kemana, dan Park Soo Chang
mengundurkan diri dari jabatan tinggi di rumah sakit kemudian mengasingkan
diri. Ternyata tragedi keluarga ini berkaitan dengan Ny. Kim.
Lee So Im sendiri, ternyata adalah teman SMA Han Seo
Jin, dialah yang mengungkap identitas asli Han Seo Jin yang merupakan anak
penjual –seperti- darah beku di pasar. Padahal selama ini Han Seo Jin mengaku
kepada semua orang bahwa dia putri chaebol dan memiliki kakak seorang direktur
bank dunia, orang tuanya menghabiskan masa tua di Australia. Fakta yang selama
ini hanya diketahui oleh suami dan mertuanya itupun akhirnya menyebar ke
seluruh Sky Castle, bahkan membuat Kang Yeh Suh Shock.
Kim Hye Na yang merupakan “musuh” Kang Yeh Suh
ternyata adalah anak kandung ayahnya dari kekasihnya di masa lalu. Dia masuk ke
rumah Kang Joon Sang dengan tujuan mendapatkan cinta ayahnya setelah ibunya
meninggal karena sakit. Namun kemudian ia tewas dibunuh.
Kematian Kim Hye Na, membuat Hwang Woo Joo menjadi
tersangka. Lee So Im berusaha keras membebaskan anaknya hingga sebuah fakta
baru kemudian terungkap, bahwa Ny. Kim selama ini membuat Kang Yeh Suh “pintar”
dengan cara curang, yakni selalu memberikan Kang Yeh Suh tes dengan soal-soal
ujian yang dicuri. Kim Hye Na – lah yang bisa mengendus skandal ini yang
berujung pada kematiannya.
Han Seo Jin menjadi kunci dalam membersihkan nama Hwang Woo Joo, namun dengan resiko putrinya dikeluarkan dari sekolah (karena
berarti mengakui bahwa Kang Yeh Suh selama ini mengerjakan tes dengan ujian
yang dicuri).
Sebagai endingnya, No Seung He berhasil mengalahkan
suaminya dalam menentukan “cara belajar” bagi anak kembarnya. Dan akhirnya
semua menerima kenyataan bahwa Cha Se Ri ingin menjadi pengusaha yang memiliki
dan mengelola Club Malam (duh kok milihnya usaha beginian yakk..). Anak-anaknya
belajar bersama Kang Yeh Suh yang telah dikeluarkan dari sekolah.
Jin Jin Hee akhirnya bisa “nyantai” menghadapi
kemalasan Woo So Han dalam menghadiri kelas tambahan. Pandangannya berubah, dia
hanya ingin anaknya hidup bahagia dan sehat tanpa tekanan.
Sementara Hwang Woo Joo, karena merasa kehilangan Kim
Hye Na memutuskan untuk keluar dari sekolah dan menjelajahi dunia (enak bener
hidupmu nakk..)
SISI LAIN
Tingkat kompetisi dalam dunia pendidikan Korea adalah
hal biasa. Di sana merupakan pemandangan biasa bila anak sekolah masih belum
pulang ke rumahnya ketika malam tiba karena masih harus mengikuti kelas tambahan
ini dan itu. Tak ayal, angka bunuh diri pada umur remaja di negara ini tinggi,
bahkan berita bunuh diri merupakan hal yang biasa di sana. Mirisnya lagi, data
menunjukkan bahwa anak SD di sana pun tidak luput dari bunuh diri.
Sistem pendidikan sekuler (memisahkan agama dari
kehidupan) yang banyak “dianut” oleh berbagai negara (eh semua negara di dunia
kali ya, termasuk Indonesia) kebanyakan selalu berakhir tragis. Moral remaja
semakin ambruk dan tak punya jati diri. Selain membuat orang tua dan anak
tertekan menghadapinya.
Khususnya di Indonesia, liberalisasi pendidikan “menimbulkan”
kurikulum kaku (terpaku dengan pendidikan yang menghasilkan
individu yang hanya mampu menguasai satu bidang saja) dan tenaga pendidik yang tidak kompeten, sehingga
terbentuk pendidikan yang hanya terpusat di sekolah dan tercipta dikotomi
antara ilmu pengetahuan (sains) dengan agama. Padahal seharusnya di dalam
sistem pendidikan Islam, agama harus masuk dalam setiap aspek pendidikan, baik
guru, operasi pendidikan dan kurikulumnya.
Berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya membentuk
manusia siap kerja (hanya menonjolkan aspek pengembangan intelektualnya saja –parsial-).
Pendidikan Islam bekonsep integral (kully). Hal ini bertujuan untuk membentuk
dan mewujudkan individu yang mengenal dirinya sebagai Abdullah dan Khalifah
yang tujuan hidupnya adalah beribadah kepada Allah seperti yang telah
difirmankan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 (hidayatullah.com).
Output dari sistem pendidikan Islam seharusnya adalah
kelahiran para intelektual-intelektual muda yang selain menguasai ilmu
pengetahuan juga membuatnya semakin taat kepada Allah SWT. Karena itu adalah
hal yang biasa bila dahulu –pada masa kejayaan Islam- dokter, pakar matematika,
ahli kimia juga merupakan ulama yang paham ilmu fiqh, tafsir Al-Qur’an dll.
Indonesia, dengan pendidikan karakternya sekarang
memang masih mempertahankan pelajaran agama namun tidak terintegrasi dengan
seluruh sistem pendidikan (akibat sekuler tadi) dan bisa kita lihat hasilnya
adalah generasi yang tidak karu-karuan. Tentu saja keadaan ini akan semakin
parah bila mata pelajaran agama dihapus, seperti wacana yang belum lama ini
muncul. Maka, hanya sistem pendidikan Islam yang bisa menjawab tantangan pendidikan
masa kini, baik di Indonesia maupun dunia.
Wallahu a’lam..
3 comments
Wah bagus banget ulasannya. Mencerahkan mba.
ReplyDeleteKereennn
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteSelamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)