Jejak Khilafah di Nusantara : Film Sejarah Rasa Film Horor. Bikin Tegang!

August 21, 2020


Ngomongin soal film atau drama, jauh sebelum saya hijrah, sinetron Angling Dharma menurut saya lebih menarik daripada Tersanjung. Sekarang pun drama The King : The Eternal Monarch masih lebih menarik daripada The World of The Married Couple. Jelas, saya lebih suka Dirilis Ertrugul dan Kurulus Osman daripada Sheharzaad hehe


Genre drama favorit saya memang yang punya setting jadul gitu, atau yang bertema sejarah dan atau memiliki hubungan dengan sejarah. Kalo drama Korea disebut Saeguk ya, tapi sering juga sih nonton yang settingnya modern hehe


Zaman saya masih SD, Production House yang sering produksi sinetron laga atau sinetron dengan setting jadul tuh ada Gentabuana Pitaloka. Entahlah sekarang masih ada atau engga. Sebenarnya sinetron jenis ini di Indonesia ya masih ada. Tapi karena sekarang sudah banyak referensi drama lain terutama dari Korea dan Turki, nonton sinetron made in Indonesia ini berasa hambar, jangan dianggap hinaan ya, tapi anggap sebagai kritikan supaya semangat berbenah diri. #Eyaa


Tapi memang perubahan visi hidup karena fase hijrah dalam hidup saya pun mengubah beberapa pandangan termasuk dalam hobi menonton film/drama. Hobinya tetap ada, film yang disuka pun genrenya masih sama, tapi pemilihan filmnya yang berbeda. Kalo dulu rasanya semua drama jadul ditonton, baik yang 100% fiksi, memiliki unsur legenda atau berdasarkan sejarah tertentu.


Sekarang yang pengin ditonton adalah yang bisa memenuhi rasa penasaran dan sebisa mungkin memiliki kaitan dengan kehidupan kita. Karena kalo drama fiksi/legenda biasanya hanya untuk memenuhi keinginan untuk meluapkan emosi ajah. Misal drama The King : The Eternal Monarch, ini sebenarnya setting modern, tapi karena drama kerajaan saya anggap genrenya Saeguk juga (ngawur yaa). Drama ini totally fiksi bahkan imajiner. Setelah nonton saya merasa drama ini drama yang sia-sia. Karena ga ada ibrah yang bisa diambil. Huhu

.

Menurutku drama di Indonesia kebanyakan diisi dengan drama percintaan alias darling-darlingan, bahkan dalam drama yang settingnya jadul atau bahkan genre fiksi fantasy. Meskipun drama dari luar pun begitu sih. Kayanya kalo ga ada scene merah jambunya ga syik. Bahkan kebanyakan plot drama jadi fokusnya ke masalah romansa, membuatnya kehilangan sisi lain yang sebenarnya epic. Misal drama Kurulus Osman, drama tentang pendiri Turki Usmaniyah ini bakal lebih perfect andai romansanya ga memiliki porsi besar.


Karena itu rindu banget dengan film tema sejarah yang benar-benar memberikan edukasi tapi masih enak ditonton dan menampilkan segala ke-epikannya. Untungnya nih pas tahun baru Islam kemarin, 1 Muharram 1442,  ada rilis film “Jejak Khilafah di Nusantara” oleh Khilafah Channel. Bagi yang ga suka pelajaran sejarah, tontonlah ini, karena film ini memberikan terobosan baru untuk belajar sejarah dengan menyenangkan.


SINOPSIS


Rumornya sih, film yang tayang kemarin masih baru episode pertama, artinya bakal ada episode-episode selanjutnya. Karena itu di episode kali ini masih penggambaran hubungan Nusantara sejak masa kekhilafahan yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin, hingga masa penjajahan Portugis di berbagai belahan Nusantara.


Buya Hamka pernah menyebutkan bahwa Teori Gujarat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 melalui para pedagang dari India itu sebenarnya tidak benar. Namun Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7.


Seperti yang kita tahu pada abad ke-6 atau 7, Islam di Timur Tengah sedang bergelora dengan adanya Daulah dan dilanjutkan dengan Khilafah yang dipimpin oleh para Khalifah. Khilafah ini yang mempersatukan umat dan melaksanakan realisasi politik seperti dakwah dan jihad, dimana hal ini meniscayakan ekspansi ke berbagai wilayah. Penyebaran Islam semakin cepat dan meluas, tentu saja terjangkau pula hingga ke Nusantara.


Nusantara pada masa itu merupakan pelabuhan dagang yang ramai, sehingga menjadi tempat bertemunya bangsa-bangsa di dunia. Salah satu titik transit yang ramai adalah di Sribuza (Kerajaan Sriwijaya). Tentunya kedatangan pelayar-pelayar muslim pun menarik perhatian sang Raja sehingga mengirimkan sebuah surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz Kala itu. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa sang raja tertarik pada Islam dan minta didatangkan sejumlah ulama.


Ketika Abbasiyah runtuh akibat serangan Mongol, pasca pendudukan Baghdad, ibukota Khilafah itu nyaris kosong. Tapi banyak keluarga Abbasiyah selamat dan mereka berdiaspora atau mengungsi ke berbagai wilayah, salah satunya sampai ke Aceh.


Ketika akhirnya Mongol ditaklukkan oleh dinasti Mamluk, ibukota khilafah berpusat di Mesir. Samudra Pasai, kerajaan Islam di Aceh pada masa itu berbaiat menjadi bagian dunia Islam dan mengemban tugas mengubah wilayah di sekitarnya yang masih darul fikri menjadi darul Islam.


Hingga akhirnya Ketika dunia Islam dipimpin oleh Turki Ustmaniyah, Khilafah kerap kali mengirimkan bantuan berupa senjata, kapal hingga prajurit terlatih ke Nusantara sebagai bantuan untuk melawan Portugis. Bukti berupa peninggalan-peninggalan sejarah seperti meriam, mata uang Islam atau makam masih ada sampai sekarang di beberapa tempat. Turki Ustmaniyah pula yang mengirimkan sepeleton ulama untuk semakin meluaskan dakwah dan ajaran Islam yakni : WALI SONGO.



SISI LAIN


Secara singkat, film ini temanya sederhana : sejarah yang sudah ada. Tentunya dengan berbagai referensi sumber yang bisa dipercaya dan tidak perlu diragukan lagi. Tapi oh tapi nonton film ini berasa aku mau berangkat perang, hati dag dig dug tak karuan. Telat tayang sampe 1 jam, kirain kecepatan internet di rumahku yang tak memadai, belum lagi selama penayangan film ini di banned berkali-kali. Usut punya usut ternyata karena ada serangan dari pasukan uka-uka. Membuatku bertanya-tanya, ini film sejarah apa film horor? Kok bikin tegang! Hebohnya lagi, berbagai grup whatsapp yang saya ikuti rame membahas ini, bareng-bareng kencengin shalawat asygill


Meskipun tema sederhana, memang film ini bikin kelojotan orang-orang yang Islamophobia, anti banget dengan geliat kebangkitan Islam. Iya kebangkitan Islam memang Ketika syariat Allah ditegakkan secara sempurna, dan itu hanya bisa dilakukan dalam institusi Khilafah. Khilafah inilah yang telah diterapkan sejak zaman Khulafaur Rasyidin hingga runtuhnya Turki Ustmani pada tahun 1924. Artinya kurang lebih 14 abad dunia Islam dengan Khilafahnya menjadi negara adidaya alias super power dunia.


Namun isu Khilafah sangat sensi di Indonesia. Para penentangnya menganggap bahwa Khilafah tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia atau Islam di Indonesia tidak memiliki hubungan dengan Khilafah, padahal Khilafah itu sendiri merupakan ajaran Islam, suatu pernyataan yang kontradiksi bukan?? Salah satu puncak penolakan pada Khilafah adalah Ketika Menag merevisi materi Khilafah dari Fikih menjadi pelajaran sejarah.


Tapi seberapa lihai pun manusia membuat makar, tetap makar Allah di atas segalanya. Melalui film ini Khilafah Channel menjawab tantangan dan menunjukkan hubungan erat antara Khilafah dan Nusantara secara historis. Makanya menurutku ngena banget apa yang dikatakan oleh Ustaz Ismail Yusanto, “Belajar sejarah Islam bukan Cuma digging up the past, tapi digging up the truth. Banyak sekali terjadi pengaburan bahkan penguburan. Kita harus melek, jangan mau terbutakan musuh.”


Menurut saya melalui film ini, orang bisa mengenal khilafah bukan hanya melalui dalil-dalil, karena mungkin banyak yang ga percaya. Tapi sejarah sudah membuktikan bahwa Khilafah memiliki kaitan dengan nusantara, bahkan bisa dibilang ibu kita ya Khilafah.


Imam al Ghazali pernah berkata, “Agama adalah dasar, kekuasaan adalah penjaga. Segala sesuatu yang tidak ada penjaga akan roboh dan penjaga tanpa dasar akan hilang.”


Terakhir, saya ucapkan terima kasih dan Barakallah untuk tim @jejakkhilafahdinusantara buat film documenter super kerennya. Sangat ditunggu episode sebelumnya.


Jember, 21 Agustus 2020


#JKDNTheMovie

#NobarFilmKhilafah

#LiveFilmKhilafah

#JejakKhilafahdiNusantara

#JejakKhilafahTakBisaDikubur

#SejarahIslamIndonesia

#JasMerahKhilafah

#DakwahSyariahKhilafah

#MilenialDukungKhilafah

#KhilafahAjaranIslam

#MariPerjuangkanKhilafah

#BerkahDenganSyariahKhilafah

 

You Might Also Like

4 comments

  1. wewww, suka bahasannya. Aku tuh ga ngerti film banget soalnya, hanya penikmat dan tim hore yg hrs dipaksa buat nonton film, krn biasanya pasca nonton, kepikirannya berhari2. Film JKDN ini bener2 bikin tegang dan takjub. Barakallahu

    ReplyDelete
  2. Pengin lihat mbaa
    Film2 sperti ini harusny box office y mba trutama biar anak2 mudany ngeuh

    ReplyDelete
  3. Hehe jadi ketawa pas baca kalau mbak nonton film fiksi karena memenuhi keinginan untuk meluapkan emosi. Perempuan memang kebanyakan gini ya mbak hehe.

    ReplyDelete
  4. Hehe.. sama mbak.. saya juga deg-deg-an.. Masyaallah.. ini film sejarah yang membuka mata kita. Saya baru tahu kalau Kerajaan Samudra Pasai pun ikut berbaiat sewaktu Kekhalifahan Abbasiyah..

    ReplyDelete

Selamat datang! Berikan komentar yang nyaman dan semoga harimu menyenangkan :)